Rabu, 02 April 2014

Aplikasi Pospay ver4

By Unknown | At 23.04 | Label : | 0 Comments

Selasa, 26 November 2013

TIDAK ADA HUKUM KARMA DI DALAM ISLAM

By Unknown | At 22.18 | Label : | 1 Comments


Dan Sebuah Refrensi yang Sama Masalah Karma Dapat Ditemukan
http://www.4shared.com/mp3/j4YPBuX1/hukum_karma_mungkin_saja_ada.html

para Pembaca Rahimakumullah
dalam catatan ini Bukan Niat Untuk Menghakimi TAPI saya ingin mengulas dan Meluruskan apa itu Karma menurut Islam karena Banyak Teman-teman kita Yang terpengaruh oleh Doktrin-doktrin yang diluar Islam, Sehingga mencampur Ajaran Haq dengan Ajaran Batil. Dan Sepertinya Sudah mendarah Daging di Masyarakat Awan Sekarang ini.
Mari Kita Simak.....
Allah sendiri Berfirman:

QS Al Baqarah (2) : 42 Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.

Sebenarnya didalam Hukum Islam tidak ada nama Istilah KARMA karena Allah sendiri Berfirman Dalam Al Quran

Q.s 35:18. Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain[1252].
Q.s 6:164 dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain
Q.s 53: 38. (yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain,

Sesungguhnya istilah hukum karma/karmaphala tidaklah dikenal dalam syari’at Islam karena istilah yang demikian ini adalah istilah di dalam ideologi pokok/keyakinan/aqidah agama dharma. Oleh karena itu tidak selayaknya kita bertaqlid mengaminkan kesimpulan beliau bahwa hukum karma diakui keabsahannya oleh Islam kecuali setelah kita mengetahui secara ilmiyah hakekat hukum karma itu sendiri.

Allah Ta’ala berfirman:

وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا
“Dan janganlah engkau mengikuti apa yang engkau tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawaban.” (QS. Al-Isra’: 36)

Maka kami akan membawakan definisi dan kedudukan penting aqidah hukum karma dalam pandangan pemiliknya (Hindu dan Budha) agar seorang muslim yang mencintai Allah Ta’ala dan RasulNya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan memiliki kecemburuan terhadap Dienul Islam bisa membandingkannya dengan tindakan gegabah dan (maaf) ngawur serta sembrono yang mengaitkan keyakinan batil dan sesat tersebut dengan dienul Islam yang sempurna. Maha Suci Allah dari apa yang dikatakannya.

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامَ دِينًا
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (Al Maidah: 3)

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإسْلامُ
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.“ (Ali Imran:19)

Pertama,
Hukum karma/karmaphala adalah rukun iman di dalam agama Hindu. Berikut referensi resmi dari agama Hindu:



Bukti referensi lainnya:




Kedua,
Hukum Karma/Karmaphala memiliki pengertian yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan apa yang diklaimkan dasar hukumnya di dalam Al Qur’an dan hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, laa min qarib wa laa min ba’id, tidak dari dekat, tidak pula dari jauh (meminjam istilah beliau ketika ditanya tentang Zaitun).

Simak referensi resmi dari agama Hindu di bawah ini:

“PENJELASAN TENTANG KARMA
Berbeda dengan sebagian agama yang mengajarkan tentang “Takdir Tuhan” – dimana kehidupan kita di masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang ditentukan oleh takdir Tuhan -, agama-agama dharma [Hindu, Buddha dan Jain] mengajarkan yang berbeda, yaitu “Hukum Karma“.
Kadang ada kesalahpahaman bahwa hukum karma sama dengan “nasib”, bahkan “suratan takdir Tuhan” [berarti semuanya ditentukan Tuhan]. Perlu diketahui bahwa dalam hukum karma tidaklah demikian, “suratan takdir” ini ditulis sendiri oleh diri kita sendiri. Kitalah yang mendesain nasib kita, bukan oleh Brahman, Dewa-Dewi ataupun pihak lain. Dalam ajaran Hindu, Brahman atau Purusha memang diyakini sebagai penyebab utama, tetapi dalam hal ini Brahman sebenarnya hanya “pengamat / saksi abadi“.

Karma berarti “perbuatan / tindakan”. Hukum karma adalah hukum semesta sebab-akibat, dimana setiap tindakan kita akan membuahkan hasil tindakan atau buah karma [karma-phala]. Yang berarti apapun yang terjadi pada diri kita di masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang, ditentukan sepenuhnya oleh tindakan diri kita sendiri. Tanpa ada intervensi dari Brahman, Dewa-Dewi ataupun pihak lain. Dan yang dimaksud dengan “tindakan” itu adalah pikiran, perkataan, dan perbuatan kita sendiri….” 
(http://peradah-semarang.blogspot.com/2011/05/hukum-karma.html)

Dan berikut penjelasan dari pihak agama Buddha:
“secara singkat,karma (Pali: Kamma) berarti “perbuatan”,yang dalam arti umum meliputi semua jenis kehendak dan maksud perbuatan, yang baik maupun yang buruk, lahir atau bathin dengan pikiran kata-kata atau tindakan.
Makna yang luas dan sebenarnya dari Kamma, ialah semua kehendak atau keinginan dengan tidak membeda-bedakan apakah kehendak atau keinginan itu baik (bermoral) atau buruk (tidak bermoral)

Sebagian masyarakat akan menyandarkan jawaban atas segala keadaan yang terjadi, baik atau buruk, kepada Tuhan.
Namun agama Buddha menyangkal ciri ketuhanan seperti itu;… Selama berabad-abad, doktrin agama Buddha tentang karma, telah sering disalah-artikan sebagai paham deterministik/takdir.”
(http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20081119011055AAlf70V)

Ini, Lebih Tegas lagi:

“Ajaran Buddha tidak mengajarkan paham “takdir”, juga tidak mengajarkan paham “bebas kehendak”, tapi suatu ‘kehendak-berprasyarat’”
Dari sejak awal menjelaskan, Hindu,Buddha dan Jain sudah menyatakan dengan tegas perbedaannya dengan dienul Islam Nampak jelas bahwa hukum karma sama sekali tidak terkait dengan taqdir Allah Ta’ala. D
Aqidah batil hukum karma semacam di atas tidaklah ada kaitannya sedikitpun, laa min qarib wa laa min ba’id (tidak dari dekat, tidak pula dari jauh) dengan ayat dan hadits yang diklaim (secara dusta!) o

Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ.
“Sesungguhnya segala sesuatu Kami ciptakan dengan takdir.” (QS. Al-Qomar: 49)

Allah Ta’ala juga berfirman:

وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيرًا.
“Dan Dialah yang menciptakan segala sesuatu lalu menetapkan takdirnya dengan sebenar-benarnya.” (QS. Al-Furqan: 2)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

كُلُّ شَىْءٍ بِقَدَرٍ حَتَّى الْعَجْزُ وَالْكَيْسُ.
“Segala sesuatu telah ditakdirkan, sampai kelemahan dan kecerdasan.”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّ اللهَ خَلَقَ لِلْجَنَّةِ أَهْلًا خَلَقَهُمْ لَهَا وَهُمْ فِي أَصْلَابِ آبَائِهِمْ وَخَلَقَ لِلنَّارِ أَهْلًا خَلَقَهُمْ لَهَا وَهُمْ فِي أَصْلَابِ آبَائِهِمْ.
“Sesungguhnya Allah telah menciptakan (menetapkan/menakdirkan) siapa saja yang akan masuk surga ketika mereka masih di tulang sulbi ayah-ayah mereka, dan Dia telah menciptakan (menetapkan/menakdirkan) siapa saja yang akan masuk neraka ketika mereka masih di tulang sulbi ayah-ayah mereka.”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

مَا مِنْكُمْ مِنْ نَفْسٍ إِلَّا وَقَدْ عُلِمَ مَنْزِلُهَا مِنْ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ.
“Tidak ada seorang jiwapun diantara kalian kecuali telah diketahui (oleh Allah karena Dia yang menetapkan) tempat tinggalnya di surga atau di neraka.

Ubadah bin Ash-Shamit berkata kepada anaknya: “Wahai anakku, engkau tidak akan merasakan lezatnya hakekat iman hingga engkau mengetahui (meyakini) bahwa apa yang telah ditetapkan akan menimpa dirimu tidak akan mungkin meleset darimu dan apa yang telah ditetapkan tidak akan menimpamu tidak akan mungkin mengenai dirimu. Saya telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللهُ الْقَلَمَ فَقَالَ لَهُ: اكْتُبْ! قَالَ: رَبِّ وَمَاذَا أَكْتُبُ؟ قَالَ: اكْتُبْ مَقَادِيرَ كُلِّ شَىْءٍ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ!
“Sesungguhnya makhluk yang pertama kali Allah ciptakan adalah pena, lalu Dia berfirman kepadanya, “Tulislah!” Pena bertanya, “Wahai Rabbku, apa yang harus aku tulis?” Allah menjawab, “Tulislah takdir segala sesuatu hingga hari kiamat!”

Lalu Ubadah berkata: “Barangsiapa yang mati dalam keadaan meyakini selain ini maka dia bukan termasuk dariku.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

يَا أَبَا هُرَيْرَةَ قَدْ جَفَّ الْقَلَمُ بِمَا أَنْتَ لاَق.
“Wahai Abu Hurairah, pena takdir telah kering mencatat apa saja yang akan engkau jumpai.”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ الْجَنَّةِ فيما يَبْدُو لِلنَّاسِ وَهُوَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ النَّارِ فِيما يَبْدُو لِلنَّاسِ وَهْوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ.
“Sesungguhnya benar-benar ada seorang hamba yang melakukan perbuatan penduduk surga berdasarkan apa yang terlihat oleh manusia, padahal dia telah ditakdirkan menjadi penduduk neraka. Dan sesungguhnya benar-benar ada seorang hamba yang melakukan perbuatan penduduk neraka berdasarkan apa yang terlihat oleh manusia, padahal dia telah ditakdirkan menjadi penduduk surga.”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ الْغُلَام الَّذِي قَتَلَهُ الْخَضِر طُبِعَ كَافِرًا , وَلَوْ عَاشَ لَأَرْهَقَ أَبَوَيْهِ طُغْيَانًا وَكُفْرًا.
“Sesungguhnya anak muda yang dibunuh oleh Khidhir memang telah ditetapkan menjadi orang kafir, seandainya dia berumur panjang pasti dia akan menyeret kedua orang tuanya kepada sikap melampaui batas dan kekafiran.”

Allah Ta’ala berfirman:

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللهِ كَذِبًا (٢١)
“Dan siapakah yang lebih zhalim dari orang yang membuat-buat kedustaan terhadap Allah.” (QS. Al-An’am: 21)

Allah Ta’ala berfirman:

قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالإثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لا تَعْلَمُونَ (٣٣)
“Katakanlah: Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, mengharamkan kalian mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (Dia mengharamkan) kalian mengada-adakan kedustaan terhadap Allah dengan sesuatu yang tidak kalian ketahui.” (QS. Al-A’raf: 33)

Allah Ta’ala berfirman:

أَلَمْ يُؤْخَذْ عَلَيْهِمْ مِيثَاقُ الْكِتَابِ أَنْ لا يَقُولُوا عَلَى اللهِ إِلا الْحَقَّ وَدَرَسُوا مَا فِيهِ وَالدَّارُ الآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلا تَعْقِلُونَ (
١٦٩)
“Bukankah Perjanjian Taurat sudah diambil dari mereka; yaitu bahwa mereka tidak akan mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar, dan mereka juga telah mempelajari apa yang tersebut di dalamnya?! Dan negeri akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, maka tidakkah kalian mengerti?” (QS. Al-A’raf: 169)

Allah Ta’ala berfirman:

قُلْ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللهِ الْكَذِبَ لا يُفْلِحُونَ (٦٩) مَتَاعٌ فِي الدُّنْيَا ثُمَّ إِلَيْنَا مَرْجِعُهُمْ ثُمَّ نُذِيقُهُمُ الْعَذَابَ الشَّدِيدَ بِمَا كَانُوا يَكْفُرُونَ (٧٠)
“Katakanlah: “Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah tidak beruntung. Itu hanya akan menghasilkan kesenangan sementara di dunia, kemudian hanya kepada Kami-lah mereka kembali, kemudian Kami akan merasakan kepada mereka siksaan yang berat disebabkan kekafiran mereka.” (QS. Yunus: 69-70)

Allah Ta’ala berfirman:

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أُولَئِكَ يُعْرَضُونَ عَلَى رَبِّهِمْ وَيَقُولُ الأشْهَادُ هَؤُلاءِ الَّذِينَ كَذَبُوا عَلَى رَبِّهِمْ أَلا لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الظَّالِمِينَ (١٨)
“Dan siapakah yang lebih zhalim dari orang yang membuat-buat kedustaan terhadap Allah?! Mereka itu akan dihadapkan kepada Rabb mereka dan para saksi akan berkata: “Orang-orang Inilah yang telah berdusta terhadap Rabb mereka.” Ingatlah, kutukan Allah ditimpakan atas orang-orang yang zhalim itu.” (QS. Huud: 18)

Ketiga,
Hukum karma (dalam Buddha/ Hindu) tidak seperti yang digambarkan diatas

”Seorang berbuat kejelekan, ada seseorang dia akan mendapatkan akibat yang semisal. Nah hal yang semacam ini mungkin saja ada sebab dia adalah bentuk dari siksaan, bentuk dari pembalasan, iya, bentuk dari pembalasan. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyebutkan bahwa pembalasannya itu sangatlah berat.” tetapi juga bisa bermakna karma yang baik (yang kesemuanya sama sekali tidak terkait dengan pembalasan/hukuman atau pahala dari Allah) :
“Kamma(bahasa Pali) atau Karma (bahasa Sansekerta) artinya perbuatan. Kamma atau Karma adalah suatu perbuatan yang dapat membuahkan hasil,dimana perbuatan baik akan menghasilkan kebahagiaan dan sebaliknya perbuatan jahat juga akan menghasilkan penderitaan atau kesedihan bagi pembuatnya.” (http://artikelbuddhist.com/2011/05/hukum-karma.html)

“Dalam kegiatan sehari-hari kita sering mendengar kata “Karma”. Panggunaan kata “Karma” ini pada umumnya ditujukan untuk manggambarkan hal-hal yang tidak baik; karma selalu dihubungkan dengan karma buruk. Padahal sebetulnya karma bukan hanya karma buruk tetapi juga ada karma baik….Konsep yang menganggap bahwa karma selalu karma buruk dan sebagai satu-satunya penyebab kejadian ini dapat dikatakan sebagai suatu pandangan yang salah dan merupakan kelemahan terhadap penjelasan hukum karma.”

(http://artikelbuddhist.com/2011/06/hukum-karma-oleh-yang-mulia-bhikkhu-uttamo-mahathera.html)

Hukum karma sama sekali bukan tentang hukuman atau hadiah [pahala] dari Tuhan, tapi tentang tindakan kita sendiri beserta seluruh konsekuensinya. Kalau kita sombong, maka yang akan datang kepada kita adalah kebencian. Kalau kita penuh kebaikan, maka yang akan datang kepada kita adalah simpati dan pertolongan. Kalau kita menyakiti, maka kita akan disakiti. Kalau kita penuh kesabaran, maka yang akan datang kepada kita adalah simpati dan kasih sayang. Kalau kita banyak mengambil kebahagiaan orang, maka kita juga akan banyak mengambil penderitaan, dll.”
(http://peradah-semarang.blogspot.com/2011/05/hukum-karma.html)

Nampak jelas bahwa hukum karma murni tentang tindakan kita sendiri beserta seluruh konsekuensinya dan sama sekali bukan tentang hukuman atau hadiah [pahala] dari Allah.
Dari celah mana bisa melegalkan keyakinan batil hukum karma semacam ini dengan ayat dan hadits yangbawakan?

Allah Ta’ala berfirman:

وَلا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَذَا حَلالٌ وَهَذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى اللهِ الْكَذِبَ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللهِ الْكَذِبَ لا يُفْلِحُونَ (١١٦)مَتَاعٌ قَلِيلٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (١١٧)
“Dan janganlah engkau mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta, “Ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan kedustaan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah tidak akan beruntung. Itu adalah kesenangan yang sedikit dan bagi mereka azab yang pedih.” (QS. An-Nahl: 116-117)

Allah Ta’ala berfirman:

وَيْلَكُمْ لا تَفْتَرُوا عَلَى اللهِ كَذِبًا فَيُسْحِتَكُمْ بِعَذَابٍ وَقَدْ خَابَ مَنِ افْتَرَى (٦١)
“Celakalah kalian, janganlah kalian mengada-adakan kedustaan terhadap Allah sehingga Dia membinasakan kamu dengan adzab, dan sesungguhnya telah merugilah orang yang mengada-adakan kedustaan.” (QS. Thaha: 61)

Allah Ta’ala berfirman:

وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ تَرَى الَّذِينَ كَذَبُوا عَلَى اللهِ وُجُوهُهُمْ مُسْوَدَّةٌ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْمُتَكَبِّرِينَ (٦٠)
“Dan pada hari kiamat engkau akan melihat orang-orang yang mengadakan kedustaan terhadap Allah, muka mereka menjadi hitam. Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri?” (QS. Az-Zumar: 60)


Ke-empat,
Di dalam keyakinan agama Hindu, hukum karma yang dialami seseorang memiliki keterkaitan erat dengan rukun iman Hindu yang lain, menitis/reinkarnasi dari kehidupan sebelumnya, sekarang dan kelahirannya pada masa yang akan datang:

“KARMA-PHALA [BUAH KARMA]
Berdasarkan rentang waktu, ada tiga jenis karma-phala yang didasarkan atas waktu dari buah karma itu matang dan kita terima, yaitu :

  • 1. Sancita Karmaphala [karma masa lalu] tindakan yang kita lakukan di masa lalu atau kehidupan [kelahiran] sebelumnya, yang buah karma-nya [karma-phala] baru matang dan kita terima di saat ini atau di kehidupan [kelahiran] sekarang.
  • 2. Prarabda Karmaphala [karma saat ini] – tindakan yang kita lakukan di saat ini, yang buah karma-nya [karma-phala] matang dan kita terima di saat ini juga.
  • 3. Kriyamana Karmaphala [karma masa depan] – tindakan yang kita lakukan di saat ini, yang buah karma-nya [karma-phala] baru matang dan kita terima di masa depan atau di kehidupan [kelahiran] berikutnya.”

Demikiankah ya kesesuaian ayat dan hadits yang paduka bawakan dalam mendukung keyakinan batil hukum karma?

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu beliau berkata, “Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللهِ, لاَ يُلْقِيْ لَهَا بَالاً؛ يَرْفَعُ اللهُ بِهَا دَرَجَاتٍ, وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللهِ, لاَ يُلْقِيْ لَهَا بَالاً؛ يَهْوِيْ بِهَا فِيْ جَهَنَّمَ.
“Sesungguhnya benar-benar ada seorang hamba yang mengucapkan suatu perkataan yang diridhai Allah, sedangkan dia tidak memperhatikannya, padahal dengan sebab itu Allah meninggikannya beberapa derajat. Dan sesungguhnya benar-benar ada seorang hamba yang mengucapkan suatu perkataan yang dimurkai Allah, sedangkan dia tidak memperhatikannya, padahal dengan sebab itu dia terjatuh ke dalam neraka Jahannam.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu beliau berkata, “Saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ فِيْهَا؛ يَزِلُّ بِهَا فِيْ النَّارِ, أَبْعَدَ مِمَّا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ.
“Seorang hamba benar-benar mengatakan sebuah kata tanpa dia pikirkan baik buruknya, dengan sebab itu dia tergelincir kedalam neraka yang lebih jauh dari jarak antara timur dan barat.”

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu beliau berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَة, لاَ يَرَى بِهَا بَأْسًا؛ يَهْوِيْ بِهَا سَبْعِيْنَ خَرِيْفًا فِيْ النَّارِ.
“Sesungguhnya seseorang benar-benar mengatakan sebuah perkataan yang dia memandang bahwa itu tidak mengapa, padahal dengan sebab itu dia tergelincir kedalam neraka sejauh 70 tahun perjalanan.”

Dari Bilal bin Harits Al-Muzaniy Radhiyallahu ‘Anhu beliau berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللهِ تَعَالَى, مَا يَظُنُّ أَنْ تَبْلُغَ مَا بَلَغَتْ؛ فَيَكْتُبُ اللهُ لَهُ بِهَا رِضْوَانَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللهِ تَعَالَى, مَا يَظُنُّ أَنْ تَبْلُغَ مَا بَلَغَتْ؛ يَكْتُبُ اللهُ عَلَيْهِ بِهَا سَخَطَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
“Sesungguhnya seseorang benar-benar ada yang mengatakan sebuah kata yang diridhai Allah yang dia tidak menyangka sejauh mana akibat ucapan itu, maka Allah menulis keridhaan-Nya bagi orang tersebut sampai Hari Kiamat dengan sebab ucapan itu, dan sungguh seseorang benar-benar ada yang mengatakan sebuah kata yang dimurkai Allah yang dia tidak menyangka sejauh mana akibat ucapan itu, maka Allah menulis kemurkaan-Nya atas orang tersebut sampai Hari Kiamat dengan sebab ucapan itu.”

Abu Bakr Radhiyallahu ‘Anhu berkata: “Langit yang mana yang akan menaungiku dan bumi yang mana yang akan kujadikan pijakan jika aku berani mengatakan tentang kitab Allah tanpa ilmu.”

Ke-lima,
Bagaimana pula karma yang diterima dalam masa kelahiran berikutnya jika seseorang itu melakukan kedurhakaan/perbuatan jahat dalam pandangan agama Buddha?
Berikut contoh dan akibatnya:
Pancanantariya-kamma, yaitu 5 perbuatan durhaka.
1. Membunuh ayah
2. Membunuh ibu
3. Membunuh seorang Arahat
4. Melukai seorang Buddha
5. Memecah belah Sangha

Mereka yang melakukan salah satu dari 5 perbuatan durhaka di atas, setelah meninggal akan lahir di alam Apaya (duka/rendah), yaitu alam neraka, binatang, setan dan raksasa.” (http://artikelbuddhist.com/2011/05/hukum-karma.html)

Di madrasah mana ya, Ustadz seorang Muslim diajari Aqidah reinkarnasi (terlahir pada kehidupan berikutnya) bahwa manusia akan berubah karmanya terlahir di alam binatang, setan dan raksasa jika melakukan perbuatan-perbuatan di atas?! Allahul musta’an.

Sebaliknya, jika dia melakukan karma yang “baik” seperti meditasi:

Kusala-garuka-kamma. Adalah perbuatan “bermutu”, yaitu dengan bermeditasi, hingga mencapai tingkat kesadaran jhana. Ia akan dilahirkan di alam sorga atau lapisan kesadaran yang tinggi, yang berbentuk atau tanpa bentuk (16 rupa-bhumi dan 4 arupa-bhumi)” (http://artikelbuddhist.com/2011/05/hukum-karma.html)

Dari penjelasan singkat berbagai uraian tentang hukum karma semacam di atas, bagaimana mungkin seorang muslim yang lurus dalam memahami Kitabullah dan Sunnah, memiliki aqidah tauhid yang kokoh lagi bersih akan berani bersikap gegabah dengan mengaitkan keyakinan batil dan sesat tentang hukum karma-reinkarnasi dengan dienul Islam yang suci dan sempurna?! Dan bahkan mencarikan pembenaran dan keabsahannya dengan ayat Al Qur’an dan Sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam?!


Maka selayaknya bagi kita semuanya untuk berbicara sebatas apa yang diketahuinya saja agar tidak menjadi sesat dan menyesatkan saudara-saudaranya yang lain.

Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu berkata: “Wahai manusia, siapa diantara kalian yang mengetahui sesuatu silahkan dia berbicara, dan barangsiapa yang tidak mengetahui maka hendaklah dia mengatakan terhadap perkara yang tidak dia ketahui itu, “Wallahu a’lam.” Karena sesungguhnya termasuk ilmu yang dimiliki seseorang adalah ketika dia mengatakan terhadap perkara yang tidak dia ketahui itu, “Wallahu a’lam.”


Kesimpulan
untuk menarik kembali pernyataannya yang menyesatkan tersebut (apalagi hal ini terkait dengan masalah aqidah), berlepas diri dari aqidah hukum karma untuk kemudian rujuk, bertaubat dan menegaskan kepada umat bahwa aqidah batil hukum karma tidaklah memiliki landasan hukum (apapun!) di dalam syari’at Islam dan syari’at Islam sama sekali tidak memiliki keterkaitan (apapun!) dengan kebatilan aqidah hukum karma, laa min qarib wa laa min ba’id.
Ingatlah ya Teman Teman bahwa…

Saudara yang sejati adalah yang berkata benar kepadamu
Dan bukanlah orang yang selalu membenarkan perkataanmu

Pesan Penulis Untuk Pembaca, dimana Allah sendiri Berfirman:

لا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا
“Dan janganlah engkau mengikuti apa yang engkau tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawaban.” (QS. Al-Isra’: 36)

dan Hadis nabi sendiri Melarang kita Untuk Mengikuti Ajaran Mereka.Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka”. (HR. Abu Dawud,

Semoga dengan adanya Catatan Ini dapat Membuka Mata hati Kita dan Kembali Keajaran Islam Sebenarnya.., jika menurut Pembaca Bahwa Catatan Ini Bermanfaat Silakan Share Sebanyak Mungkin....
Hak cipta; Hanya Milik Allah!

Senin, 21 Oktober 2013

Download kumpulan ceramah

By Unknown | At 20.42 | Label : | 0 Comments
                                                                        DR. H. DAAS'AD

Dr. H. Daas'ad -Nasihat perkawinan  
Dr. H. Daas'ad -Mari bertaubat
Dr. H. Daas'ad -Islamiyah
Dr. H. Daas'ad -Bokong timmawari

                                                                     KH. AF. GHOZALI 

KH. AF Ghozali -Abdina Alloh
KH. AF Ghozali -Ghaib  
KH. AF Ghozali -Tugas Risalah  
KH. AF Ghozali -Tobat  
KH. AF Ghozali -Tilu Tugas Hirup  
KH. AF Ghozali -Taqwa
KH. AF Ghozali -Syukur Nikmat
KH. AF Ghozali -Sumber Bahagia  
KH. AF Ghozali -Sieun Ka Alloh
KH. AF Ghozali -Sebagian Ciri  
KH. AF Ghozali -Ngabageakeun  
KH. AF Ghozali -Merangan Nafsu  
KH. AF Ghozali -Kufur Nikmat  
KH. AF Ghozali -Keridoan Ilahi  
KH. AF Ghozali - Ayat-ayat Alloh

                                                                     KH. ZAENUDDIN MZ

KH. Zaenuddin MZ -Golongan prnghuni sorga Golongan  
KH. Zaenuddin MZ -Harta dunia  
KH. Zaenuddin MZ -Harta, tahta, wanita  
KH. Zaenuddin MZ -Mari berhaji  
KH. Zaenuddin MZ -Mencari jodo
KH. Zaenuddin MZ -Nabi ibrahim
KH. Zaenuddin MZ -Nabi sulaiman
KH. Zaenuddin MZ -Nabi yusuf
KH. Zaenuddin MZ - Neraka & calo  
KH. Zaenuddin MZ -Pahala & dosa  
KH. Zaenuddin MZ -Para kekasih
KH. Zaenuddin MZ -Rumah tangga
KH. Zaenuddin MZ -Sikap kita
KH. Zaenuddin MZ -Surga& calo
KH. Zaenuddin MZ -Taubat  
KH. Zaenuddin MZ -Ulama & umaro
KH. Zaenuddin MZ -Ulama pewaris nabi
KH. Zaenuddin MZ -Umar al khatab

Jumat, 18 Oktober 2013

Tempat-tempat Bersejarah di Makkah dan Madinah

By Unknown | At 21.26 | Label : | 4 Comments

Ka’bah  
Ka’bah merupakan kiblat shalat umat Islam. Ka’bah yang berbentuk kubus ini merupakan bangunan utama diatas bumi yang digunakan untuk menyembah Allah SWT.Sebagaimana Allah SWT. berfirman dalam Al Qur’an Surat Ali Imran ayat 90, yang artinya :
“Sesungguhnya permulaan rumah yang dibuat manusia untuk tempat beribadah adalah rumah yang di Bakkah (Makkah), yang dilimpahi berkah dan petunjuk bagi alam semesta”.
Ka’bah disebut juga Baitullah (Rumah Allah) atau Baitul ‘Atiq (Rumah Kemerdekaan). Dibangun berupa tembok segi empat yang terbuat dari batu-batu besar yang berasal dari gunung-gunung di sekitar Makkah. Baitullah ini dibangun diatas dasar fondasi yang kokoh.
Dinding-dinding sisi Ka’bah ini diberi nama khusus yang ditentukan berdasarkan nama negeri ke arah mana dinding itu menghadap. terkecuali satu dinding yang diberi nama “Rukun Hajar Aswad”.
Adapun keempat dinding atau sudut (rukun) tersebut adalah :
  • Sebelah Utara Rukun Iraqi (Irak)
  • Sebelah Barat Rukum Syam (Suriah)
  • Sebelah Selatan Rukun Yamani (Yaman)
  • Sebelah Timur Rukun Aswad (Hajar Aswad).
Keempat sisi Ka’bah ditutup dengan selubung yang dinamakan Kiswah. Sejak zaman nabi Ismail, Ka’bah sudah diberi penutup berupa Kiswah ini. Saat ini Kiswah tersebut terbuat dari sutra asli dan dilengkapi dengan kaligrafi dari benang emas.
Dalam satu tahun Ka’bah ini dicuci dua kali, yaitu pada awal bulan Dzulhijah dan awal bulan Sya’ban. Kiswah diganti sekali dalam setahun.
Masjidil Haram  
Sebagai pusat kota Makkah adalah Masjid Al-Haram, dimana didalamnya terdapat Ka’bah sebagai arah kiblat umat Islam pada waktu shalat. Masjid ini mula-mula dibangun secara permanen oleh Sayyidina Umar bin Al Khattab pada tahun 638 M.
Dari masa kemasa Masjidil Haram selalu mengalami pembaharuan dan perluasan, diprakarsai oleh raja-raja Islam yang memberi perhatian terhadap Masjidil Haram. Pembangunan besar-besaran dalam sejarah diprakarsai oleh Raja Fahd bin Abdul Aziz yang bergelar :”Pelayan Dua Tanah Haram Makkah dan Madinah”.
Dikatakan Tanah Haram karena Tanah ini diharamkan bagi umat lain, selain umat Muslim). Saat ini luas Masjid Al Haram 328.000 meter persegi dan dapat menampung 730.000 jama’ah dalam satu waktu shalat berjama’ah.
Masjid ini melingkari Ka’bah, maka pintunya banyak. Ada 4 pintu utama dan 45 pintu biasa yang biasanya buka 24 jam sehari.
Keistimewaan Masjidil Haram banyak sekali, antara lain : Shalat di masjid ini lebih utama daripada shalat seratus ribu kali di masjid lain. Begitupun berdzikir, berdoa, bersedekah dan beramal baik lainnya.
Hajar Aswad  
Hajar Aswad adalah batu berwarna hitam yang berada di sudut Tenggara Ka’bah, yaitu sudut dimana tempat Tawaf dimulai. Hajar Aswad merupakan batu yang diturunkan Allah SWT. dari Surga melalui malaikat Jibril.
Hajar Aswad berupa kepingan batu yang terdiri dari delapan keping yang terkumpul dan direkat dengan lingkaran perak.
Dalam salah satu riwayat Bukhari-Muslim, diterangkan bahwa Sayyidina Umar, sebelum mencium Hajar Aswad mengatakan, “Demi Allah, aku tahu bahwa kau adalah sebuah batu yang tidak dapat berbuat apa-apa.Kalau aku tidak melihat Rasulullah SAW. mencium-mu, tidak akan aku menciummu”.
Jadi mencium Hajar Aswad bukanlah suatu kewajiban bagi umat Islam, tapi merupakan anjuran dan hukumnya sunnah. Maka kalau keadaan tidak memungkinkan karena penuhnya orang berdesakan, sebaiknya urungkan saja niat untuk mencium atau mengusap batu ini.
Hijr Ismail  
Hijr Ismail, berdampingan dengan Ka’bah dan terletak di sebelah utara Ka’bah, yang dibatasi oleh tembok berbentuk setengah lingkaran setinggi 1,5 meter. Hijr Ismail itu pada mulanya hanya berupa pagar batu yang sederhana saja. Kemudian para Khalifah, Sultan dan Raja-raja yang berkuasa mengganti pagar batu itu dengan batu marmer.
Hijr Ismail ini dahulu merupakan tempat tinggal Nabi Ismail, disitulah Nabi Ismail tinggal semasa hidupnya dan kemudian menjadi kuburan beliau dan juga ibunya.
Berdasarkan kepada sabda Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam, sebagian dari Hijr Ismail itu adalah termasuk dalam Ka’bah. Ini diriwayatkan oleh Abu Dawud dari ‘Aisyah r.a. yang berbunyi : ‘Dari ‘Aisyah r.a. katanya; “Aku sangat ingin memasuki Ka’bah untuk melakukan shalat didalamnya. Rasulullah S.A.W. membawa Siti ‘Aisyah ke dalam Hijir Ismail sambil berkata ” Shalatlah kamu disini jika kamu ingin shalat di dalam Ka’bah, karena ini termasuk sebagian dari Ka’bah.
Shalat di Hijr Ismail adalah sunnah, dalam arti tidak wajib dan tidak ada kaitan dengan rangkaian kegiatan ibadah Haji atau ibadah Umroh.
Maqam Ibrahim  
Maqam Ibrahim bukanlah kuburan Nabi Ibrahim sebagaimana dugaan atau pendapat sebagian orang. Maqam Ibrahim adalah batu pijakan pada saat Nabi Ibrahim meninggikan pondasi Ka’bah. Letak Maqam Ibrahim ini tidak jauh, hanya sekitar 3 meter dari Ka’bah dan terletak di sebelah timur Ka’bah.
Saat ini Maqam Ibrahim seperti terlihat pada foto di atas. Di dalam bangunan kecil ini terdapat batu tempat pijakan Nabi Ibrahim seperti dijelaskan di atas. Pada saat pembangunan Ka’bah batu ini berfungsi sebagai pijakan yang dapat naik dan turun sesuai keperluan nabi Ibrahim saat membangun Ka’bah. Bekas kedua tapak kaki Nabi Ibrahim masih nampak dan jelas dilihat.
Atas perintah Khalifah Al Mahdi Al Abbasi, di sekeliling batu Maqam Ibrahim itu telah diikat dengan perak dan dibuat kandang besi berbentuk sangkar burung.
Multazam  
Multazam merupakan dinding Ka’bah yang terletak di antara Hajar Aswad dengan pintu Ka’bah. Tempat ini merupakan tempat utama dalam berdoa, yang dipergunakan oleh jama’ah Haji dan Umroh untuk berdoa/bermunajat kepada Allah SWT. setelah selesai melakukan tawaf.
Saat bermunajat di depan Multazam ini, Jarang orang tidak meneteskan air mata disini, terharu karena kebesaran Illahi. Multazam ini insya Allah merupakan tempat yang mustajab dalam berdoa, insya Allah doa dikabulkan oleh Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda, “Antara Rukun Hajar Aswad dan Pintu Ka’bah, yang disebut Multazam. Tidak seorangpun hamba Allah yang berdoa ditempat ini tanpa terkabul permintaannya.”
Mata Air Zam-Zam  
Air Zamzam berasal dari mata air Zamzam yang terletak dibawah tanah, sekitar 20 meter disebelah Tenggara Ka’bah. Mata air atau Sumur ini mengeluarkan Air Zamzam tanpa henti. Diamanatkan agar sewaktu minum air Zamzam harus dengan tertib dan membaca niat. Saat minum air Zamzam kita menghadap Ka’bah.
Sumur Zamzam mempunyai riwayat yang tersendiri. Sejarahnya tidak dapat dipisahkan dengan isteri Nabi Ibrahim AS, yaitu Siti Hajar dan putranya Ismail AS. Sewaktu Ismail dan Ibunya hanya berdua dan kehabisan air untuk minum, maka Siti Hajar pergi ke Bukit Safa dan Bukit Marwah sebanyak 7 kali. Namun tidak berhasil menemukan air setetespun karena tempat ini hanya merupakan lembah pasir dan bukit-bukit yang tandus dan tidak ada air dan belum didiami manusia selain Siti Hajar dan Ismail.
Penjelasan tentang sejarah ini adalah :
Saat Nabi Ibrahim AS, Siti Hajar dan Ismail tiba di Makkah, mereka berhenti di bawah sebatang pohon yang kering. Tidak berapa lama kemudian Nabi Ibrahim AS. meninggalkan mereka.
Siti Hajar yang memperhatikan sikap suaminya yang mengherankan itu lalu bertanya ; “Hendak kemanakah engkau, Ibrahim? Sampai hatikah engkau meninggalkan kami berdua ditempat yang sunyi dan tandus ini?”.
Pertanyaan itu berulang kali, tetapi Nabi Ibrahim AS. tidak menjawab sepatah kata pun. Siti Hajar bertanya lagi ; “Apakah ini memang perintah dari Allah? “Barulah Nabi Ibrahim menjawab, “ya”. Mendengar jawaban suaminya yang singkat itu, Siti Hajar gembira dan hatinya tenteram. Ia percaya hidupnya tentu terjamin walaupun ditempat yang sunyi, tidak ada manusia dan tidak ada segala kemudahan. Sedangkan waktu itu, Nabi Ismail masih menyusu.
Selang beberapa hari, air yang dari Nabi Ibrahim As. habis. Siti Hajar berusaha mencari air di sekeliling sampai mendaki Bukit Safa dan Marwah berulang kali sehingga kali ketujuh (terakhir) ketika sampai di Marwah, tiba-tiba terdengar oleh Siti Hajar suara yang mengejutkan, lalu ia menuju kearah suara itu. Alangkah terkejutnya, bahwa suara itu ialah suara air yang memancar dari dalam tanah dengan derasnya. Air itu adalah air Zamzam.
Air Zamzam yang merupakan berkah dari Allah SWT, mempunyai keistimewaan dan keberkatan dengan izin Allah SWT., yang bisa menyembuhkan penyakit, menghilangkan dahaga serta mengenyangkan perut yang lapar. Keistimewaan dan keberkatan itu disebutkan pada hadits Nabi, dari Ibnu Abbas r.a., Rasulullah SAW. bersabda : “sebaik-baik air di muka bumi ialah air Zamzam. Air Zamzam merupakan makanan yang mengenyangkan dan penawar bagi penyakit”.
Safa dan Marwah  
Safa dan Marwah merupakan dua bukit yang terletak dekat dengan Ka’bah. Sejarah Safa-Marwah tidak dapat dipisahkan dengan isteri Nabi Ibrahim As, yaitu Siti Hajar dan putranya Ismail As. Sewaktu Ismail dan Ibunya hanya berdua dan kehabisan air untuk minum di lembah pasir dan bukit yang tandus, Siti Hajar pergi mencari air pulang pergi dari Bukit Safa ke Bukit Marwah sebanyak 7 kali.
Saat kali ketujuh (terakhir). Ketika sampai di Marwah, tiba-tiba terdengar oleh Siti Hajar suara yang mengejutkan, lalu ia menuju kearah suara itu. Alangkah terkejutnya, bahwa suara itu ialah suara air memancar dari dalam tanah dengan derasnya. Air itu adalah air Zamzam.
Masjid Nabawi  
Disebut Masjid Nabawi karena Nabi Muhammad SAW. selalu menyebutnya dengan kalimat, “Masjidku”, pada setiap kali beliau menerangkan tentang sebuah masjid yang sekarang berada di pusat kota Madinah. Rasulullah bersabda, “Shalat di masjidku ini lebih utama daripada shalat seribu kali di masjid lain, kecuali Masjidil Haram”.
Dalam satu riwayat lain, Rasulullah bersabda, “Barang siapa shalat di masjidku 40 waktu tanpa terputus, maka ia pasti selamat dari neraka dan segala siksa dan selamat dari sifat munafik”.
Masjid ini didirikan oleh Rasul SAW. dan sahabat-sahabat pada tahun pertama hijrah (622 M) seluas 1050 meter persegi, yaitu persis di sebelah barat rumah Rasul, yang sekarang rumah itu menjadi makam Rasul SAW dan termasuk dalam bangunan masjid.
Berziarah ke masjid Nabawi ini adalah masyru’ (diperintahkan) dan termasuk ibadah. Penyataan ini sesuai dengan sabda Rasulullah : “Janganlah kau mementingkan bepergian kecuali kepada tiga masjid, yaitu Masjidil Haram, Masjidku ini (Masjid Nabawi) dan Masjidil Aqsa”.
Makam Rasulullah SAW  
Makam (pusara) Rasullullah SAW terletak di sebelah Timur Masjid Nabawi. Di tempat ini dahulu terdapat dua rumah, yaitu rumah Rasulullah SAW. bersama Aisyah dan rumah Ali dengan Fatimah.
Sejak Rasulullah SAW. wafat pada tahun 11 H (632 M), rumah Rasullullah SAW. terbagi dua. Bagian arah kiblat (Selatan) utk makam Rasulullah SAW. dan bagian Utara utk tempat tinggal Aisyah.
Sejak tahun 678 H. (1279 M) diatasnya dipasang Kubah Hijau (Green Dome). Dan sampai sekarang Kubah Hijau tersebut tetap ada. Jadi tepat di bawah Kubah Hijau itulah jasad Rasullullah SAW. yang mulia dimakamkan. Disitu juga dimakamkan kedua sahabatnya, yaitu Abu Bakar (Khalifah Pertama) dan Umar (Khalifah Kedua) yang dimakamkan di bawah kubah, berdampingan dengan makam Rasulullah SAW.
Arafah  
Arafah merupakan tempat yang sangat penting pada ibadah Haji, dimana di Arafah ini jama’ah haji harus melakukan Wukuf. Wukuf merupakan rukun Haji dan tanpa melaksanakan Wukuf di Arafah maka hajinya tidak sah.
Keadaan di Arafah ini merupakan replika di Padang Mahsyar saat manusia dibangkitkan Allah SWT pada hari yang tak diragukan lagi. Saat itu semua manusia sama dihadapan Allah SWT., yang membedakan hanyalah kualitas imannya.
Wukuf secara harfiah berarti berdiam diri. Wukuf di Arafah adalah berada di Arafah pada waktu antara tergelincirnya matahari (tengah hari) tanggal 9 Dzulhijah sampai matahari terbenam dengan berpakaian ihram. Pada saat wukuf disarankan untuk memperbanyak doa sambil menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangan. Juga memperbanyak taubat memohon ampunan kepada Allah SWT., sebab saat wukuf adalah saat yang utama untuk berdoa, memohon ampun dan bertaubat.
Selain itu juga perbanyak ibadah lainnya seperti membaca Al Qur’an, takbir, tahmid, tahlil dan sebagainya. Selama wukuf jangan sampai melakukan sesuatu yang tidak pantas atau tidak sesuai dengan kesucian ibadah saat Wukuf.
Adapun keutamaan Arafah adalah sebagaimana sabda Rasulullah SAW., “Doa yang paling baik adalah doa di hari Arafah”.
Dalam riwayat lain Rasulullah SAW. juga bersabda, “Tidak ada hari paling banyak Allah menentukan pembebasan hamba-Nya dari neraka kecuali hari Arafah”.
Arafah berjarak sekitar 25 km disebelah Tenggara Makkah dan merupakan padang pasir yang amat luas dan di bagian belakang dikelilingi bukit-bukit batu yang membentuk setengah lingkaran, saat ini sudah ditanami dengan pohon-pohon.
Pada musim haji di bawah pohon-pohon inilah dipasang tenda. bagi yang tidak kebagian tenda cukup berteduh di bawah pohon. Untuk mengurangi panas di setiap sekitar 20 meter dipasang pipa setinggi 6 meter yang diatasnya memancar air halus yang mirip gerimis, dengan tujuan menurunkan suhu disekitarnya.
Pancaran air ini sangat bermanfaat dan dapat mengurangi banyaknya jama’ah yang terkena high stroke (tiba-tiba lemas karena matahari yang panas)
Muzdalifah
Setelah matahari terbenam (mulai masuk tanggal 10 Dzulhijah), dari Arafah berangkat ke Muzdalifah. Shalat Maghrib dan Isya dikerjakan di Muzdalifah dengan cara jama’ takhir qashar.
Muzdalifah terletak antara Arafah dan Mina. Di Muzdalifah ini jama’ah haji bermalam (mabit) dan mengambil 70 atau 49 butir batu kecil untuk persiapan lempar jumroh di Mina. Shalat Subuh dilaksanakan berjama’ah di Muzdalifah.
Setelah shalat subuh, meninggalkan Muzdalifah menuju Mina untuk melempar jumroh. Bagi orang tua dan yang lemah/sakit boleh meninggalkan Muzdalifah pada malam hari setelah lewat tengah malam baru menuju Mina.
Mina  
Mina merupakan lokasi di Tanah Haram Makkah (Tanah yang diharamkan bagi orang selain Muslim). Mina didatangi oleh jama’ah haji pada tanggal 8 Dzulhijah atau sehari sebelum wukuf di Arafah. Jama’ah haji tinggal disini sehari semalam sehingga dapat melakukan shalat Dzuhur, Ashar, Maghrib, Isya dan Subuh. Kemudian setelah shalat Subuh tanggal 9 Dzulhijah, jama’ah haji berangkat ke Arafah. Amalan seperti ini dilakukan Rasulullah SAW. saat berhaji dan hukumnya sunnah. Artinya tanggal 9 Dzulhijah sebelum ke Arafah, tidak wajib bermalam di Mina.
Jama’ah haji datang lagi ke Mina setelah selesai melaksanakan Wukuf di Arafah. Jama’ah haji ke Mina lagi karena akan melempar jumroh. Di Mina ini, pada malam hari tidur dan pada siang hari melempar jumroh. Yaitu tanggal 10, 11, 12 Dzulhijah bagi jama’ah haji yang melaksanakan Nafar Awal atau tanggal 10, 11, 12, 13 dzulhijah bagi jama’ah yang melaksanakan Nafar Tsani. Untuk tanggal di atas, amalan bermalam dan melempar jumroh merupakan amalan wajib haji (yang jika tidak dilakukan, harus membayar dam atau denda).
Pada hari-hari biasa, Mina kosong tidak berpenduduk, walaupun terlihat bangunan permanen. Namun pada tanggal 10 Dzulhijah dan beberapa hari sebelumnya dipadati para jama’ah haji.
Tanah di Mina tidak boleh dimiliki oleh perorangan, yang boleh adalah menempati untuk keperluan ibadah saja. Sesuai dengan riwayat isteri nabi, Aisyah ra., “Ya Rasullullah SAW., perlukah kami buatkan di Mina untuk anda berteduh?”, Rasulullah SAW. menjawab, “Jangan, sesungguhnya Mina adalah tempat duduk orang yang lebih dahulu datang”.
Tempat atau lokasi melempar jumroh terdapat di Mina, yaitu Jumrah Aqabah, Jumrah Wusta dan Jumrah Ula.
Mina juga merupakan tempat atau lokasi penyembelihan binatang kurban. Di Mina ada mesjid Khaif, merupakan masjid dimana Rasulullah SAW. melakukan shalat dan khutbah ketika berada di Mina saat melaksanakan ibadah Haji.
Moga-moga kalian mendapat manfaat hasil bacaan artikel ini.
Sumber:Sirahnabawiyyah

KH. Zaenuddin MZ

By Unknown | At 00.36 | Label : | 0 Comments
Nama : KH. Zainudin Muhammad Zein (M.Z)
Tempat, Tgl. Lahir : Jakarta, 02 Maret 1952
Agama : Islam
Pendidikan : S1 IAIN Syarif Hidayatullah-Jakrta
                    Mendapat Gelar Dr. Honoris Causa (HC) dari Universitas Kebangsaan Malaysia
Istri : Hj. Kholilah

Anak-anak :
1. Fikri Haikal M.Z
2. Lutfi M.Z
3. Kiki M.Z
4. Zaki M.Z

Ust. KH. Zainudin M.Z adalah Ulama, Pemuka Agama sekaligus Dai' sejuta ummat yang sangat populer di dalam negeri maupun luar negeri. banyak ceramah-ceramah dan karya-karya beliau yang sangat inovativ dan memiliki nilai2 serta ilmu yang dapat kita jadikan bekal untuk kehidupan kita di dunia ini.
Beliau wafat pada usia 59 tahun/ 5 juli 2011. Semoga Allah lapangkan kuburnya, sinari kuburnya dan Allah tempatkan arwahnya dalam naungan rahmat-Nya. amien..... ya robbal alamien

Silahkan Download saja......

KH. Zaenuddin MZ -Golongan prnghuni sorga Golongan  
KH. Zaenuddin MZ -Harta dunia  
KH. Zaenuddin MZ -Harta, tahta, wanita  
KH. Zaenuddin MZ -Mari berhaji  
KH. Zaenuddin MZ -Mencari jodo
KH. Zaenuddin MZ -Nabi ibrahim
KH. Zaenuddin MZ -Nabi sulaiman
KH. Zaenuddin MZ -Nabi yusuf
KH. Zaenuddin MZ - Neraka & calo  
KH. Zaenuddin MZ -Pahala & dosa  
KH. Zaenuddin MZ -Para kekasih
KH. Zaenuddin MZ -Rumah tangga
KH. Zaenuddin MZ -Sikap kita
KH. Zaenuddin MZ -Surga& calo
KH. Zaenuddin MZ -Taubat  
KH. Zaenuddin MZ -Ulama & umaro
KH. Zaenuddin MZ -Ulama pewaris nabi
KH. Zaenuddin MZ -Umar al khatab

Kamis, 17 Oktober 2013

Perjalanan Ruh ketika Meninggalkan Dunia

By Unknown | At 21.30 | Label : | 0 Comments

Khutbah Jum'at 
Oleh: Abu Muhammad Abdul Mu’thi Al-Maidani
Khutbah yang pertama
Wahai para hamba Allah, sidang jum’at yang dimuliakan oleh Allah . . .
Al-Imam Ahmad, Abu Dawud, An-Nasai, Ibnu Majah, serta yang selainnya, telah meriwayatkan dari hadits Al-Baro’ bin ‘Azib, bahwa suatu ketika para sahabat berada di pekuburan Baqi’ul ghorqod. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangi mereka. Beliau pun duduk. Sementara para sahabat duduk disekitarnya dengan tenang tanpa mengeluarkan suara, seakan-akan di atas kepala mereka ada burung. Beliau sedang menanti penggalian kubur seorang yang baru saja meninggal.
Ma’asyirol muslimin rahimakumullah…
Ini menunjukkan bahwa tatkala seorang hamba berada di pekuburan, dituntunkan kepadanya untuk bersikap tenang, diam, hening, dan tidak mengucapkan dzikir-dzikir dengan suara yang keras. Terlebih lagi berbicara mengenai urusan-urusan dunia yang fana. Dalam suasana yang seperti ini, hendaknya dia berpikir tentang kematian yang akan menimpa setiap manusia tanpa terkecuali. Sudahkah dia berbekal diri untuk menghadapinya. Ini membutuhkan perenungan yang dalam, sehingga melahirkan keimanan, ketakwaan, dan amal sholeh yang diterima disisi Allah.
Ma’asyirol muslimin rahimakumullah…
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat kepalanya dan mengucapkan:
أعوذ بِاللّهِ مِنْ عَذَابِ الْقَبْر
“Aku berlindung kepada Allah dari adzab kubur.”
Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali. Setelah itu, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya bila seorang yang mukmin menghadap ke alam akhirat dan meninggalkan alam dunia, turun kepadanya sejumlah malaikat berwajah putih yang seolah-olah seperti matahari. Mereka membawa sebuah kain kafan dan minyak wangi dari surga. Mereka pun duduk di dekatnya sejauh mata memandang. Lalu datanglah malaikat pencabut nyawa dan duduk di dekat kepalanya. Malaikat pencabut nyawa berkata:
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الطيبة، أخرجي إلي مغفرة من الله و رضوان
“Wahai jiwa yang baik, keluarlah engkau kepada keampunan dan keridhoan Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Maka nyawanya keluar dan mengalir seperti air yang mengucur dari mulut wadah. Lalu malaikat pencabut nyawa mengambilnya. Nyawanya tidak dibiarkan sekejap mata pun berada di tangan malaikat pencabut nyawa dan segera diambil oleh para malaikat yang berwajah putih tadi. Kemudian mereka meletakkannya pada kain kafan dan minyak wangi surga yang telah mereka bawa. Maka nyawanya mengeluarkan aroma minyak wangi misik yang paling terbaik di muka bumi. Lalu mereka menyertainya untuk naik ke langit. Tidaklah mereka melewati sekumpulan malaikat melainkan para malaikat itu akan bertanya: “Siapakah nyawa yang baik ini?” Mereka menjawab: “Ini adalah Fulan bin Fulan”, dan disebutkan namanya yang paling terbaik ketika mereka memanggilnya di dunia.
Tatkala mereka telah sampai membawanya kelangit, mereka meminta agar pintu langit dibukakan untuknya. Maka dari setiap langit dia diiringi oleh para penjaganya sampai ke langit berikutnya. Demikianlah yang akan terjadi hingga dia sampai ke langit yang disana ada Allah. Maka Allah berfirman:
اكتبوا كتاب عبدي في عليين, و أعيدوه إلى الأرض, فإني منها خلقتهم, وفيها أعيدهم, و منها أخرجهم تارة أخرى
“Catatlah oleh kalian bahwa hambaku (ini) berada di surga ‘illiyyin, dan (sekarang) kembalikanlah dia ke muka bumi. Sungguh darinya Aku telah menciptakan mereka, dan padanya Aku akan mengembalikan mereka, serta darinya pula Aku akan mengeluarkan mereka sekali lagi”.
Kemudian nyawanya dikembalikan ke dalam jasadnya. Lalu datanglah dua orang malaikat kepadanya. Keduanya bertanya, siapa Rabbmu? Maka dia menjawab, Rabbku adalah Allah. Keduanya kembali bertanya, apa agamamu? Maka dia menjawab, agamaku adalah islam. Keduanya kembali bertanya, siapa orang yang telah diutus di tengah kalian ini? Maka dia menjawab, beliau adalah utusan Allah. Keduanya kembali bertanya, siapakah yang telah mengajarimu? Maka dia menjawab, aku membaca kitab Allah, beriman kepadanya dan membenarkannya.
Kemudian terdengarlah suara yang menyeru dari langit, “Hambaku ini telah benar. Bentangkanlah untuknya permadani dari surga dan bukakanlah sebuah pintu ke surga”.
Maka harum wangi surga pun menerpanya dan kuburnya diperluas sejauh mata memandang. Lalu datang kepadanya seorang yang bagus wajahnya, pakainnya, dan harum wanginya. Orang itu berkata, bergembiralah dengan segala yang akan menyenangkanmu. Ini adalah hari yang dahulu engkau telah dijanjikan. Maka si mukmin bertanya kepadanya, “Siapakah engkau? Wajahmu adalah wajah yang datang dengan membawa kebaikan.” Dia pun menjawab, “Aku adalah amalmu yang sholih.” Lalu si mukmin berkata, “Wahai Rabbku! Segerakanlah hari kiamat agar aku kembali kepada keluarga dan hartaku”.
Selanjutnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Adapun bila seorang yang kafir meninggalkan alam dunia dan menghadap ke alam akhirat, turun kepadanya dari langit sejumlah malaikat yang berwajah hitam legam. Mereka membawa sebuah kain kafan yang buruk dan kasar. Mereka pun duduk di dekatnya sejauh mata memandang. Lalu datanglah malaikat pencabut nyawa dan duduk di dekat kepalanya. Malaikat pencabut nyawa berkata,
“Wahai jiwa yang buruk, keluarlah engkau kepada kemurkaan dan kemarahan Allah”.
Maka nyawanya tercerai berai di dalam jasadnya. Kemudian malaikat pencabut nyawa merenggut nyawanya seperti mencabut besi pemanggang daging dari bulu domba yang basah. Setelah malaikat pencabut nyawa mengambilnya, tidak dibiarkan sekejap mata pun berada di tangannya dan segera diambil oleh para malaikat yang berwajah hitam legam tadi. Lalu mereka meletakkannya pada kain kafan (yang telah mereka bawa) itu. Sehingga keluarlah dari nyawanya seperti bau yang sangat busuk di atas muka bumi.
Kemudian mereka naik bersamanya. Tidaklah mereka melewati sekumpulan malaikat melainkan para malaikat itu akan bertanya, siapakah nyawa yang buruk ini? Mereka menjawab: “Ini adalah Fulan bin Fulan” dan disebutkan namanya yang paling terburuk ketika mereka memanggilnya di dunia.
Kemudian mereka membawanya naik sampai ke langit dunia dan dimintakan agar pintu langit di bukakan untuknya. Namun pintu langit tidak dibukakan untuknya”.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca ayat yang berbunyi,
لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ
“Tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan mereka tidak akan masuk surga sampai onta bisa masuk ke dalam lubang jarum.” (QS. Al-A’rof: 40)
Selanjutnya Allah Azza wa jalla berfirman,
“Catatlah oleh kalian bahwa ketetapannya berada di (neraka) Sijjiin, di bumi yang paling bawah”.
Setelah itu, nyawanya benar-benar dilemparkan. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca ayat yang berbunyi,
“Barangsiapa yang berbuat syirik kepada Allah, Maka dia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan oleh angin ke tempat yang jauh”. (surat Al Hajj:ayat 31)
Demikianlah, nyawanya dikembalikan kedalam jasadnya. Maka dua orang malaikat mendatanginya lalu mendudukkannya. Keduanya bertanya, “Siapa Rabbmu?” Dia menjawab, “Hah.. hah..aku tidak tahu”. Keduanya kembali bertanya, “Siapa orang yang telah diutus ditengah kalian ini?” Dia menjawab, “Hah..hah..aku tidak tahu.” Kemudian terdengarlah suara yang menyeru dari langit, “Dia telah berdusta, bentangkanlah untuknya permadani dari api neraka dan bukakanlah sebuah pintu ke neraka.” Sehingga hawa panas dan racun neraka pun menerpanya dan kuburnya dipersempit sampai tulang-tulang rusuknya saling bergeser. Lalu datang kepadanya seorang yang buruk wajahnya, pakainnya, dan busuk baunya. Orang itu berkata, “Bergembiralah dengan segala yang akan memperburuk keadanmu. Ini adalah hari yang dahulu engkau telah dijanjikan.” Maka si kafir bertanya, “Siapakah engkau? Wajahmu adalah wajah yang datang dengan membawa keburukan.” Dia pun menjawab, “Aku adalah amalmu yang buruk.” Lalu si kafir berkata, “Wahai Rabbbku! Janganlah engkau datangkan hari kiamat”.
Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah di dalam kitabnya “Ahkamul Janaiz” (hal. 156-157) dan tahqiq beliau terhadap “Syarh Aqidah Thahawiyyah” (hal. 397-398).
Ma’asyirol muslimin rahimakumullah…
Inilah keadaan seorang yang mukmin dan seorang yang kafir tatkala meninggalkan alam dunia dan masuk ke dalam alam akhirat yang dimulai dengan alam barzakh (alam kubur). Wallahu a’lam bi showab

Khutbah yang kedua

Wahai para hamba Allah, sidang jum’at yang dimuliakan oleh Allah . . .
Ketika manusia meninggalkan alam dunia bukan berarti urusannya telah selesai. Dia akan mengalami alam kedua yaitu alam barzakh (alam kubur). Alam ini merupakan pintu masuk ke dalam alam akhirat yang sesungguhnya. Disebut dengan alam barzakh, karena makna barzakh adalah penutup atau perantara bagi dua perkara. Maka alam barzakh adalah alam di antara alam dunia dan alam akhirat. Di alam barzakh, manusia akan mengalami berbagai masalah yang menandakan bahwa urusannya belum selesai dengan semata-mata meninggalkan alam dunia. Saat melewati alam barzakh, pertama kali yang akan dihadapinya adalah pertanyaan dua malaikat di dalam kuburnya, sebagaimana di dalam hadits Al Baro` bin ’Azib yang terdahulu. Maka keberhasilannya di alam barzakh, mendapat kebaikan atau keburukan, akan tergantung dengan kemampuannya dalam menjawab pertanyaan dua malaikat itu.
Perlu diingat, bahwa di alam barzakh, jasad manusia tidak akan mampu untuk menjawabnya. Yang akan menjawabnya adalah ruh dan jiwa manusia yang telah diisi saat di alam dunia dengan kebaikan atau keburukan. Adapun seorang yang mukmin niscaya akan dimudahkan oleh Allah untuk bisa menjawab pertanyaan kubur yaitu tentang siapa Rabmu, apa agamamu, dan siapa nabimu. Itulah yang Allah maksudkan dengan firman-Nya:
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآَخِرَةِ
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.” (Ibrahim: 27)
Di dalam sebuah hadits yang shohih dari sahabat Al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu , bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الْمُسْلِمُ إِذَا سُئِلَ فِي الْقَبْرِ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
“Seorang hamba yang muslim bila ditanya di dalam kuburnya, niscaya dia akan bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah dan bahwasanya muhammad adalah utusan Allah”.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Itulah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآَخِرَةِ
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat”. (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa seorang yang mukmin akan mampu mengucapkan dua kalimat syahadat “La ilaha illallah wa anna Muhammadan Rasulullah”, baik ketika di dunia maupun di akhirat.
Tatkala seorang hamba menghadapi pertanyaan dua malaikat ini, maka dia akan menjawabnya sesuai dengan amal perbuatannya sewaktu di dunia. Oleh sebab itu, seorang hamba yang berbuat dosa-dosa besar dan tidak bertaubat darinya, sangat mungkin disiksa oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam kuburnya, walaupun dia seorang yang mukmin.
Telah datang sebuah hadits dari sahabat ‘Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melewati dua kuburan, lalu beliau bersabda:
إِنّهُمَا لَيُعَذّبَانِ، وَمَا يُعَذّبَانِ فِي كَبِيرٍ، أَمّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لاَ يَسْتَتِرُ مِنَ الْبَوْلِ، ، وَأَمّا الاَخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنّمِيمَةِ
”Orang-orang yang berada di dalam dua kubur ini, sungguh sedang disiksa. Dan tidaklah keduanya disiksa karena suatu masalah yang besar. Adapun salah satu dari keduanya, dahulu tidak mau menjaga diri dari air kencing. Sedangkan yang lain, dahulu biasa berjalan untuk mengadu domba”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Ma’asyirol muslimin rahimakumullah…
Hadits ini menunjukkan kepada kita sekalian bahwa dua orang yang disiksa di dalam kuburnya itu dikarenakan dosa-dosa besar. Berarti yang disiksa oleh Allah di alam kubur bukan karena kekafiran saja tetapi juga karena dosa-dosa besar.
Nasalullah salamah wal ‘afiah.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengambil sebuah pelepah kurma yang masih basah dan membelahnya menjadi dua bagian. Beliau meletakkannya di masing-masing dua kubur ini dengan harapan semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memperingan siksa keduanya, selama pelepah kurma itu masih basah dan belum kering.
Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, semoga kita dimudahkan untuk menjawab pertanyaan kubur dan diselamatkan dari siksanya.
Wallahu a’lam bis shawab.
Posting Lama ►
 

Sidebar One

Followers

Blogger templates

Silakan Paste Kode Buku Tamu yang sudah di kopi tadi Di Sini

Copyright © 2012. ARMINAREKA BEKASI - All Rights Reserved B-Seo Versi 5 by Blog Bamz